Menteri UMKM Diprotes Pengusaha Bandung Soal Minimarket Jual Kopi, Ketum APRINDO Beri Tanggapan
Selasa, 5 Agustus 2025

Bandung, 7 Agustus 2025 — Sebuah momen tak terduga terjadi di sela-sela kunjungan Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Republik Indonesia, Maman Abdurahman, dalam acara Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakerkonas) ke-34 Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) yang digelar di eL Royale Hotel, Jalan Merdeka, Kota Bandung.
Ketika Menteri Maman sedang meninjau sejumlah booth UMKM yang meramaikan acara tersebut, seorang pengusaha asal Kota Bandung tiba-tiba menyampaikan protes secara langsung. Ia mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keberadaan minimarket yang juga menjual produk kopi, yang menurutnya berpotensi mematikan usaha para pelaku UMKM lokal di sekitarnya.
“Kalau minimarket jual kopi juga, lalu UMKM yang jual kopi gimana? Bisa mati itu usahanya. Pemerintah harus turun tangan,” ujar pengusaha tersebut lantang di hadapan Menteri UMKM.
Menteri Maman menanggapi keluhan tersebut dengan serius, menunjukkan sikap terbuka terhadap aspirasi yang disampaikan langsung oleh pelaku usaha.
Namun, kejadian menarik belum berakhir. Setelah selesai meninjau booth, Menteri Maman berpapasan dengan Dr. H. Solihin, Ketua DPP APINDO DKI Jakarta periode 2022–2027 yang juga hadir dalam Rakerkonas. Dalam suasana akrab, Menteri UMKM bahkan merangkul Dr. Solihin dan mengajak bersama-sama mencari keberadaan pengusaha Bandung tersebut untuk berdialog lebih lanjut. Sayangnya, pengusaha itu sudah tidak lagi berada di lokasi.
Diketahui, pengusaha tersebut bukanlah sosok biasa. Ia merupakan pembina dari 120 UMKM aktif di wilayah Kota Bandung, sehingga suaranya merepresentasikan banyak pelaku usaha mikro dan kecil di daerah tersebut.
Menanggapi situasi ini, Dr. H. Solihin yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) periode 2024–2028, memberikan penjelasan kepada awak media. Ia menyampaikan bahwa APRINDO selama ini berkomitmen kuat untuk mendukung tumbuhnya ekosistem UMKM secara berkelanjutan.
“Kita kan beli dari mana? Bahannya dari mana? Dari pemasok. Pemasoknya dari mana? Dari petani. Kan gitu,” ujar Solihin.
“Pak Menteri tahu banget, konsentrasi Alfamart untuk UMKM, tahu banget dia. Kita rata-rata orang belanja itu perlu duduk, perlu pesan, dan sebagainya. Nah, sumbernya dari mana? Ya dari petani semua. Jadi gak ada masalah,” tambahnya.
Solihin menegaskan bahwa keberadaan produk kopi di minimarket bukanlah bentuk persaingan yang menekan UMKM, melainkan justru peluang kolaborasi. Minimarket dan ritel modern membuka akses lebih luas bagi produk lokal agar dapat menjangkau pasar yang lebih besar.
APRINDO melihat ritel nasional yang sehat adalah ritel yang bisa tumbuh bersama UMKM. Untuk itu, pihaknya terus mendorong program kemitraan dan kurasi produk UMKM, termasuk pelatihan dan pendampingan agar produk-produk lokal bisa memenuhi standar dan kualitas yang dibutuhkan di pasar ritel modern.
“Kami sangat terbuka untuk berdialog dan bersinergi dengan UMKM, pemerintah, serta komunitas. Tujuannya jelas: menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Solihin.
Isu ini menjadi sorotan penting dalam Rakerkonas APINDO tahun ini, yang tidak hanya membahas arah kebijakan nasional bagi dunia usaha, tetapi juga memperlihatkan dinamika nyata di lapangan antara pelaku UMKM dan pelaku ritel modern. Diskusi dan sinergi seperti inilah yang diharapkan dapat mendorong terciptanya solusi konkret demi kemajuan bersama.
What's Your Reaction?






