Apakah Cairan Vape Beracun untuk Tubuh?
Vape atau rokok elektrik semakin populer di kalangan berbagai kelompok. Banyak orang bahkan meyakini bahwa vape lebih aman daripada rokok tembakau. Kandungan vape sangat berbeda dengan rokok. Rokok elektrik ini mengandung cairan dan berbagai bahan kimia cair. Cairan vape akan menghasilkan nikotin dengan aerosol yang menyerupai uap air ketika dipanaskan. Sementara itu, rokok konvensional mengandung daun tembakau dan menghasilkan asap pembakaran yang dihisap oleh perokok. Menurut laporan dari Live Science pada tanggal 15 Juni 2023, rokok mengandung daun tembakau dan tambahan zat lain seperti perasa dan pengawet. American Cancer Society (ACS) menyatakan bahwa saat rokok dibakar, terdapat sekitar 7.000 bahan kimia yang dihasilkan, termasuk hidrogen sianida, arsenik, timbal, dan karbon monoksida. Banyak dari bahan kimia berbahaya ini adalah karsinogen, yang berarti mereka dapat menyebabkan kanker. Lalu, bagaimana dengan rokok elektrik? Apakah cairan vape beracun untuk tubuh? Sebagian besar cairan vape terdiri dari nikotin, perasa, dan pelarut, yang menghasilkan uap dan menjaga bahan-bahan tersebut tetap terlarut. Namun, menurut tinjauan yang diterbitkan dalam jurnal Pharmacology & Therapeutics pada tahun 2021, komposisi persis dari e-liquid vape tertentu sangat bergantung pada proses pembuatan merek vape yang digunakan. Ini menjadi tantangan bagi para ahli untuk mengevaluasi dengan tepat seberapa beracunnya cairan vape tersebut. Bahan kimia dalam cairan vape Dalam pembuatan cairan vape, dua zat pelarut yang umum digunakan adalah propilen glikol dan gliserol, yang umumnya dianggap aman untuk dikonsumsi manusia oleh FDA Amerika Serikat. Namun, menurut tinjauan dalam sebuah jurnal yang diterbitkan pada tahun 2021, kedua zat tersebut mungkin tidak aman untuk dihirup. Propilen glikol dan gliserol dalam cairan vape dapat berpotensi menyebabkan iritasi pada saluran napas. Artinya, zat-zat kimia ini dapat menyebabkan peradangan dan efek negatif lainnya pada sistem pernapasan. Hal yang sama berlaku untuk perasa yang digunakan dalam cairan vape. Meskipun umumnya aman untuk dikonsumsi, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa perasa-perasa ini aman untuk dihirup dalam bentuk aerosol. Bahkan, penelitian dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa bahan perasa dalam cairan vape dapat berpotensi berbahaya jika dihirup. Sebagai contoh, senyawa diacetyl yang memberikan rasa mentega telah dikaitkan dengan penyakit parah pada saluran pernapasan yang disebut bronchiolitis obliterans, yang sering disebut sebagai "paru-paru popcorn". Biasanya, pekerja di pabrik makanan ringan popcron microwave mengembangkan kondisi ini setelah terpapar diacetyl. Jurnal tersebut juga melaporkan bahwa pelarut dan zat-zat pengawet dapat menghasilkan produk sampingan yang beracun, seperti formaldehida, yang diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen pada manusia. Menghirup formaldehida dalam dosis tinggi dapat berbahaya. Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2017 di jurnal PLOS One, ditemukan bahwa konsentrasi formaldehida dari pelarut cairan vape yang dipanaskan dapat melebihi batas yang diterima yang ditetapkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat. Secara teori, kondisi ini dapat meningkatkan risiko kanker bagi pengguna rokok elektrik atau vape. Namun, penelitian ini belum dengan jelas menunjukkan hubungan antara penggunaan vape dan risiko kanker. Risiko overdosis nikotin dari cairan vape Kadar nikotin dalam rokok elektrik dapat sangat bervariasi. Vape dapat mengandung konsentrasi nikotin yang tinggi, dan pengguna sering kali dapat menghitung jumlah nikotin yang mereka hirup dalam setiap hembusan. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa penggunaan vape dapat meningkatkan risiko overdosis nikotin. Overdosis nikotin atau keracunan nikotin adalah kondisi yang gejalanya meliputi kejang otot, pingsan, muntah, detak jantung yang tidak teratur, kejang, dan kesulitan bernapas. Jika gejala yang muncul cukup parah, keracunan nikotin dapat berakibat fatal. Risiko keracunan nikotin dari penggunaan cairan vape juga perlu diperhatikan. Meskipun kadar nikotin dalam vape dapat bervariasi, terdapat kemungkinan adanya paparan yang berlebihan terhadap zat ini. Paparan yang berlebihan terhadap nikotin dapat menyebabkan efek samping yang serius. Gejala overdosis nikotin meliputi gemetar, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, pusing, mual, kelelahan, dan bahkan kebingungan. Jika keracunan nikotin mencapai tingkat yang parah, dapat menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa. Penting untuk diingat bahwa nikotin merupakan zat adiktif, yang berarti pengguna vape dapat mengembangkan kecanduan terhadapnya. Kebergantungan pada nikotin dapat menyebabkan kesulitan dalam berhenti merokok atau menggunakan vape, serta dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan jangka panjang seperti penyakit jantung dan gangguan pernapasan. Selain itu, penggunaan vape juga tidak

What's Your Reaction?






