Kenny: Jangan Sampai Ada Kasus Stunting yang Baru di Kota Bandung
Kadis DPPKB Kota Bandung (Senin, 11/11/2024)

Bandung - Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030. Saat itu, angkatan usia produktif akan mendominasi populasi penduduk dan menjadi penyangga perekonomian.
Itu sebabnya, penurunan prevalensi stunting atau kekurangan gizi kronik menjadi sangat penting untuk dilakukan, tak terkecuali di Kota Bandung.
BKKBN & DPKB Kota Bandung adakan Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting Publikasikan Data Stunting Tingkat Kecamatan Tahun 2024 pada Senin, 11/11/2024 di Hotel Savoy Homann Jalan Asia Afrika - Bandung.
Acara dihadiri oleh Pj. Sekda Kota Bandung, Dharmawan.
Ia berpesan kepada seluruh jajaran dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar memperhatikan data, serta memperbaruinya dengan cepat agar intervensi penurunan angka stunting hingga nol dapat dilakukan secara efektif.
"Data yang disampaikan ini berjenjang. Dari tingkat Kelurahan, saat ini Kecamatan. Data itu sendiri merupakan base line yang mendasar," ujar Dharmawan.
Selain itu, menurutnya, upaya penurunan angka stunting juga perlu diintegrasikan dengan sejumlah aspek. Persoalan stunting tidak berdiri sendiri, melainkan juga dengan aspek kesehatan, ketahanan pangan, inflasi, dan aspek lainnya.
Oleh karenanya, Dharmawan mendorong integrasi data dapat dilakukan OPD terkait. Ia berpendapat, situs geospasial/geoportal yang dimiliki Pemkot Bandung pada Dinas Ciptabintar (geodata.bandung.go.id) dapat diintegrasikan dengan data-data terkait stunting.
Untuk diketahui, geospasial adalah sifat keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian di permukaan bumi. Informasi geospasial atau geodata merupakan data yang berkaitan dengan lokasi di permukaan bumi.
"Sesuai arahan pak Wali Kota, untuk data-data spasial, kita sudah punya (geodata.bandung.go.id), coba kita gunakan data-data ini supaya bermuara di data spasial," katanya.
Berikut wawancara dengan awak media dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari MA, terkait strategi Pemerintah Kota bandung untuk menurunkan prevalensi stunting tersebut.
Hasil survei Kementerian Kesehatan RI 2021 anak yang mengalami stunting di Kota Bandung ada ada 26,4 persen, atau 7.068 balita dan baduta (bayi bawah dua tahun).
Tapi alhamdulillah sekitar sebulan yang lalu survei status gizi Indonesia dari Kemenkes RI untuk Tahun 2022 ternyata untuk prevalensi stunting Kota Bandung ini turun secara signifikan, hampir 7 persen menjadi 19,4 persen.
Jadi sekarang ini sekitar 5.668 balita atau baduta yang masih mengalami mengalami stunting. Namun demikian kita tetap harus waspada karena stunting angkanya fluktuatif, ya, naik-turun terus-terusan. Waspada, terutama jangan sampai ada kasus stunting yang baru.
What's Your Reaction?






